Promo

Moderasi Beragama: Upaya Re-edukasi Moral Anak Gen Z di LPKA Kelas II Pangkalpinang

Selasa, 17 Juni 2025 15:22 WIB | 649 kali
Moderasi Beragama: Upaya Re-edukasi Moral Anak Gen Z di LPKA Kelas II Pangkalpinang

Ilustrasi.


Di balik jeruji Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Pangkalpinang, tersimpan asa untuk masa depan.

- Bukan hanya upaya penegakan hukum yang berlangsung di sana, tapi juga proses pendidikan ulang moral bagi generasi muda anak-anak Gen Z, yang terseret dalam pusaran kasus kekerasan, narkotika, hingga kejahatan siber.

Namun, pertanyaan pentingnya: bagaimana kita mendidik ulang anak-anak ini? Apakah cukup dengan sanksi? Atau kita butuh pendekatan yang lebih lembut tapi fundamental? Salah satu pendekatan yang kini menunjukkan hasil menggembirakan adalah moderasi beragama.

Moderasi Beragama: Jalan Tengah yang Menyejukkan

Moderasi beragama bukanlah sekadar jargon pemerintah. Ia adalah sikap hidup beragama yang inklusif, toleran, dan menghindari sikap ekstrem. Dalam konteks LPKA, moderasi beragama hadir bukan untuk menghakimi masa lalu anak-anak, tetapi membuka ruang dialog dan refleksi atas nilai moral dan spiritual yang mungkin mereka abaikan.

Melalui pembinaan keagamaan yang menekankan nilai rahmatan lil ‘alamin, kasih sayang, dan keadilan sosial, anak-anak ini tidak sekadar diajarkan mengaji atau beribadah secara ritual. Mereka diajak membangun kesadaran baru, bahwa agama bukan alat pembenar kekerasan atau pelampiasan frustrasi, melainkan fondasi etika hidup bersama.

Gen Z dan Tantangan Moral Zaman Digital

Anak-anak Gen Z tumbuh dalam era digital yang serba cepat, banjir informasi, dan rawan disorientasi nilai. Banyak dari mereka masuk LPKA karena tindakan yang didorong oleh tekanan sosial, provokasi daring, atau lingkungan yang tak mendukung.

Di sinilah moderasi beragama berperan sebagai filter moral. Pendekatan ini menjembatani nilai-nilai keagamaan dengan realitas kekinian tanpa kehilangan esensi. Bukan dogma kaku, tapi ajaran yang hidup dan relevan dengan tantangan digital: etika bermedsos, menghargai perbedaan, serta menghindari ujaran kebencian dan kekerasan.

Peran LPKA: Bukan Sekadar Menahan, Tapi Membina

LPKA bukan tempat hukuman semata, tapi seharusnya menjadi tempat transformasi. Moderasi beragama yang diterapkan di LPKA Kelas II Pangkalpinang adalah contoh bagaimana negara hadir dalam pendekatan yang lebih humanis dan visioner.

Melibatkan tokoh agama, psikolog, dan pendidik, pembinaan dilakukan dalam bentuk dialog kelompok, bimbingan rohani, hingga simulasi kehidupan sosial. Hasilnya? Anak-anak yang tadinya apatis mulai menunjukkan empati, rasa tanggung jawab, bahkan semangat untuk memperbaiki diri.

Implementasi Moderasi Beragama yang dapat diterapkan di LPKA Kelas II Pangkalpinang dalam kegiatan sehari-hari diantaranya:

1. Penguatan Empat Indikator Moderasi Beragama

Buku Saku Moderasi Beragama menekankan empat indikator utama: komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan penerimaan terhadap budaya lokal. Keempatnya bisa diterapkan melalui kegiatan:

• Komitmen Kebangsaan:

o Menyisipkan materi cinta tanah air dan wawasan kebangsaan dalam bimbingan keagamaan.

o Upacara bendera dan diskusi nilai Pancasila dari perspektif agama.

o Pemutaran film edukatif bertema kebangsaan dan agama.

o Menyanyikan lagu kebangsaan setiap hari pada pukul 10.00 WIB

• Toleransi:

o Menyelenggarakan Forum Diskusi Lintas Iman dengan menghadirkan narasumber dari berbagai agama.

o Mendorong anak binaan untuk menghargai perbedaan keyakinan dan budaya rekan sebaya mereka.

• Anti Kekerasan:

o Pelatihan pengendalian emosi dan resolusi konflik berbasis nilai-nilai agama.

o Kampanye damai melalui karya seni anak binaan (poster, puisi, vlog rohani).

o Pelibatan tokoh agama untuk mengedukasi tentang jihad sebagai perjuangan diri, bukan kekerasan fisik.

• Penerimaan terhadap Budaya Lokal:

o Memperkenalkan budaya dan kearifan lokal yang selaras dengan nilai agama (pantun Melayu, tradisi gotong royong, dll).

o Mendorong anak-anak mengekspresikan identitas budaya melalui kegiatan kreatif (tari, musik, dan seni Islami).

2. Moderasi dalam Pengajaran Agama

• Menghindari pendekatan dogmatis yang kaku dan menggantinya dengan metode yang komunikatif, dialogis, dan kontekstual.

• Menggunakan materi ajar agama yang inklusif dan ramah anak, seperti buku pendidikan agama dari Kemenag yang telah dimoderasi.

• Melibatkan ustaz/ustazah bersertifikat dan berpemahaman moderat yang sudah mengikuti pelatihan dari Kemenag.

3. Model Pembinaan Spiritualitas Moderat

• Tahsin dan tafsir tematik Al-Qur’an yang membahas tema kasih sayang, keadilan, toleransi, dan tobat.

• Bimbingan rohani lintas agama untuk anak binaan non-muslim agar semua anak mendapat hak spiritual yang setara.

• Kegiatan doa bersama lintas agama dalam momen-momen penting (Hari Anak Nasional, Hari Kemerdekaan, Hari Toleransi Internasional, dll).

4. Pelatihan Soft Skills Moderatif

• Pelatihan jurnalistik, konten kreator, dan public speaking yang mengangkat pesan damai dan toleransi.

• Workshop “Dakwah Digital Damai” agar anak-anak belajar berdakwah dengan bijak di media sosial.

• Edukasi “Etika Digital dalam Perspektif Agama” untuk melawan hoaks, ujaran kebencian, dan konten provokatif.

5. Kemitraan Strategis

• Bekerjasama dengan Kementerian Agama, Bimas Agama, FKUB, dan ormas keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, PGI, dan Parisada Hindu Dharma untuk kegiatan pembinaan.

• Mengadakan kunjungan pembinaan dari tokoh lintas iman dan aktivis toleransi agar anak-anak terinspirasi oleh figur moderat.

6. Evaluasi dan Monitoring

• Menyusun instrumen evaluasi pemahaman dan sikap moderat anak binaan setiap bulan.

• Menyelenggarakan forum refleksi bulanan untuk mendengar suara anak binaan terkait pemahaman agama dan kehidupan sosial di dalam LPKA

Kesimpulan: Harapan Itu Masih Ada

Dalam dunia yang makin kompleks ini, kita tak bisa hanya mengandalkan hukum sebagai solusi tunggal. Kita butuh pendekatan yang menyentuh akal dan hati. Moderasi beragama adalah salah satu kunci penting dalam re-edukasi moral anak-anak yang pernah tersesat.

Mari kita dukung inisiatif ini bukan hanya di dalam LPKA, tetapi juga dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Karena membina satu anak berarti menyelamatkan satu generasi.

Penulis: Dwiyana Ocviyanti | Penyuluh Agama Islam Kantor Kementerian Agama Kota Pangkalpinang




Baca Juga

Politik: Jangan Takut untuk Terkejut
Jum'at, 20 Juni 2025 20:10 WIB
Strategi Sunyi Molen: Langkah "Garpu"
Minggu, 08 Juni 2025 14:19 WIB
Kejahatan yang Membunuh Dalam Diam
Jum'at, 30 Mei 2025 19:02 WIB
Molen: Yang Ditakuti, Yang Dirindukan
Senin, 19 Mei 2025 05:26 WIB