Promo

Buru Mineral Untuk Nuklir di Babel

Minggu, 11 Mei 2025 03:09 WIB | 445 kali
Buru Mineral Untuk Nuklir di Babel

Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.


PT Timah Tbk (TINS) menyatakan hingga saat ini masih menghitung dan menindaklanjuti proyek pilot pengolahan logam tanah jarang (LTJ) di Tanjung Ular, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung; yang salah satunya mencakup mineral thorium untuk pengembangan pembangkit nuklir.

, Bloomberg - Sekretaris Perusahaan PT Timah Rendi Kurniawan mengatakan proyek LTJ tersebut sudah berjalan sampai unsur oksidasi bersama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).

“Semua unsurnya harus dipisahkan. Ini dari semua unsur berapa belas gitu dipisahkan. Belum unsur sebenarnya, tetapi masih oksidasi gitu ya. Baru nanti kita lihat unsur apa saja yang didapatkan,” kata Rendi saat ditemui Bloomberg Technoz, dikutip belum lama ini.

Di sisi lain, PT Timah masih terus mengembangkan potensi LTJ untuk kelanjutan bisnis yang akan datang.

“Kita juga lagi mencoba untuk menghitung berapa jumlah volumenya, karena ini kan ekstraksi dari mineral ikutan ya. Jadi kita juga lagi mau lihat jumlahnya ada berapa,” ujarnya. 

Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Dicky Octa Zahriadi mengatakan LTJ yang mengandung thorium dapat dioptimalkan menjadi sumber energi untuk pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

“Dengan terus berupaya memanfaatkan potensi thorium dalam negeri, kita dapat berkontribusi dalam meningkatkan nilai tambah dari pengolahan LTJ untuk mendorong kemandirian energi," ujarnya melalui siaran pers, baru-baru ini.

Proyek pilot LTJ PT Timah sudah dimulai sejak 2010. Akan tetapi, dalam perjalanannya, perseroan menemui beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan fasilitas pengolahan ini.

Tantangan tersebut antara lain ketersediaan teknologi pengolahan yang teruji masih terbatas, sedikitnya opsi mitra strategis yang memiliki teknologi dan pengalaman, serta proses revitalisasi pilot plant memerlukan waktu dan dukungan teknis.

Pada 2024, pengembangan LTJ perseroan difokuskan pada pencarian mitra teknologi untuk mempercepat pengolahan monasit menjadi produk Mix Rare Earth Carbonate.

"Untuk mendukung pengembangan teknologi pengolahan monasit, PT Timah bekerja sama dengan berbagai lembaga mitra teknologi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri," terang Dicky.

Ke depannya, TINS uga berencana untuk membangun pabrik pengolahan LTJ skala komersial dengan bahan baku dari monasit sebagai mineral ikutan timah.

Perusahaan juga akan meningkatkan kolaborasi strategis dengan mitra teknologi untuk percepatan penguasaan teknologi pengolahan LTJ.

"Dengan adanya pengembangan REE (rare earth element) di dalam negeri, PT Timah berupaya untuk memperluas rantai pasok industri berbasis sumber daya alam mineral nasional," tambah Dicky.

Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) Dany Amrul Ichdan menyebut fokus utama saat ini adalah revitalisasi dan modifikasi proyek pilot tersebut sebagai fasilitas pengolahan monasit untuk dapat dimanfaatkan kembali sebagai bagian dari pengembangan LTJ.

Dia berharap PT Timah dapat cepat menciptakan nilai tambah melalui industrialisasi LTJ berbasis mineral ikutan dari penambangan timah.

Terlebih, LTJ sangat dibutuhkan oleh industri-industri strategis seperti magnet permanen, baterai hybrid, elektronik, dan katalis.
"Rare earth element ini terdiri dari 15 unsur, dengan unsur dominan anatara lain cerium, lantanum, neodymium dan praseodimium

Dengan pengembangan rare earth ini, kami yakin Indonesia mampu menjadi basis bagi pengembangan ekosistem industri strategis masa depan," ujarnya.

Sumber: Bloomberg Technoz


Klik juga artikel  di bawah ini:





Baca Juga

Sudahi Debat Bumi Datar atau Bulat, karena...
Senin, 02 Juni 2025 00:56 WIB
Jerman Bongkar Asal-Usul Kuntilanak
Jum'at, 23 Mei 2025 20:11 WIB
Rasanya Seperti Selingkuh
Jum'at, 14 Februari 2025 23:56 WIB