Promo

Ada Kebohongan dari Lahirnya Kemerdekaan

Sabtu, 16 Agustus 2025 01:28 WIB | 944 kali
Ada Kebohongan dari Lahirnya Kemerdekaan

Ilustrasi.


Ada beberapa fakta sejarah Indonesia, terutama di era perjuangan dan kemerdekaan yang tak banyak diketahui publik. Beragam alasan untuk itu. Namun kami mencoba menghadirkannya sebagai kado kecil bagi hari kemerdekaan.

marikitabaca - Indonesia merupakan negara kepulauan  dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau. Sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam bahasa dan budaya.

Selain itu, Indonesia juga memiliki sejarah yang panjang dan tentunya menarik. Ada banyak hal sejarah yang terjadi di Tanah Air yang belum diketahui banyak orang.

Selengkapnya simak beberapa sejarah Indonesia yang dihimpun dari berbagai sumber sebagai berikut.

17 Agustus Sebagai Tanggal Merdeka dan Tanggal Berduka
17 Agustus menjadi tanggal kelahiran Indonesia serta menjadi tanggal berduka bagi pencetus pilar Indonesia.

Pada tanggal tersebut, sang pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, WR Soepratman, dan pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner van der Tuuk, meninggal dunia.

Dokumentasi Proklamasi Terselamatkan Berkat Kebohongan
Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat didokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga saat ini (Proklamasi; dalam konteks Indonesia, berarti pernyataan resmi kemerdekaan negara Indonesia dari penjajahan. Secara bahasa, proklamasi berasal dari bahasa Yunani "proclamatio" yang berarti pengumuman resmi. Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah momen penting yang menandai lahirnya negara Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat)

Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik proklamasi, berbohong kepada mereka.

Dia bilang bahwa dia tidak punya negatif itu dan sudah menyerahkan negatif film tersebut kepada Barisan Pelopor. 

Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar. Pada kenyataanya negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman kantor Harian Asia Raja.

Setelah Jepang pergi, negatif itu digali kembali dan kemudian dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang.

Kemerdekaan, atau tepatnya momen kemerdekaan sebagai monumen ingatan sesungguhnya bersanding dalam satu sisi dengan monumen lupa.

Tentu, ingatan generasi sekarang akan jauh berbeda dengan ingatan generasi yang mengalami revolusi itu sendiri. Begitu pula kadar untuk melupakannya. Satu contoh ironi yang selalu dilupakan orang dalam “mengingat” peristiwa kemerdekaan adalah foto peristiwa proklamasi.

Salah satu karya foto yang monumental dalam sejarah kemerdekaan Indonesia adalah foto yang dijepret oleh Frans Soemarto Mendur, seorang wartawan IPPHOS (Indonesia Press Photo Services).

Foto tersebut memuat adegan pembacaan teks proklamasi dan pengibaran bendera merah putih sebagaimana yang kita saksikan di dalam buku-buku sejarah perjuangan. Itu adalah satu-satunya foto yang menjadi dokumentasi terpenting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Sangat disayangkan dan sungguh ironis, tidak ada dokumentasi lain yang kita miliki seputar pemotretan proklamasi kemerdekaan selain jepretan Frans itu. Bayangkan kalau Frans luput menjepret. Jangan-jangan proklamasi kemerdekaan kita hanya berlalu dari mulut ke mulut.

Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang?


Pilihan Redaksi


Naskah Proklamasi Asli di Tong Sampah
Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah Indonesia!

Mirisnya, naskah yang mengubah nasib negara tercinta tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan B.M. Diah, seorang putera asal Aceh yang juga tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia.

Diah menemukan draft proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik. Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.

Panglima Perang tidak punya jabatan
Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia Jenderal Soedirman, pada kenyatannya tidak pernah menduduki jabatan resmi di kabinet RI. Beliau tidak pernah menjadi KSAD, Pangab, bahkan menteri pertahanan sekalipun!

Perdana Menteri wafat di luar negeri jadi Pahlawan Nasional
Sutan Sjahrir, mantan Perdana Menteri RI pertama, menjadi orang Indonesia yang memiliki prestasi “luar biasa” dan tidak akan pernah ada yang menandinginya. Waktu beliau wafat 1966 di Zurich, Swiss, statusnya sebagai tahanan politik. Tetapi waktu dimakamkan di Jakarta.

Martha Christina Tiahahu: Keberaniannya dalam Memperjuangkan Kemerdekaan di Maluku
Martha Christina Tiahahu adalah seorang gadis muda dari Maluku yang ikut terlibat dalam perlawanan melawan penjajah Belanda bersama ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu.

Keberanian Martha yang luar biasa di usia yang sangat muda menjadikannya simbol semangat juang wanita Maluku.

Pada awal abad ke-19, Maluku mengalami penjajahan Belanda yang sangat menekan. Martha Christina Tiahahu muncul sebagai salah satu pemimpin perlawanan yang paling berani. 

Ia terlibat aktif dalam perlawanan melawan Belanda dan dikenal karena strategi dan taktiknya yang cerdik dalam melawan pasukan kolonial.

Martha tidak hanya berjuang dengan senjata, tetapi juga memimpin kelompok perlawanan dalam berbagai pertempuran. Ia dikenal karena kepemimpinan dan keberaniannya yang luar biasa, sering kali terlibat langsung dalam pertempuran dan memotivasi para pejuangnya dengan semangat juang yang tak tergoyahkan.

Setelah tertangkap oleh Belanda, ia menolak makan sebagai bentuk perlawanan dan akhirnya meninggal dalam perjalanan ke pengasingan. Keberanian dan pengorbanannya dikenang sebagai inspirasi bagi generasi muda dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Penulis: Vega A | Editor: Putra Mahendra




Baca Juga

Prabowo: Demi Allah Saya Tak akan Mundur!
Senin, 01 September 2025 18:33 WIB
Kasihan Raya
Rabu, 20 Agustus 2025 16:24 WIB
Melati Kutuk Kekerasan Seksual
Rabu, 21 Mei 2025 18:13 WIB