Promo

Kisah Satu Malam Eric "Si Belut"

Jum'at, 15 Agustus 2025 04:31 WIB | 736 kali
Kisah Satu Malam Eric "Si Belut"

Eric Moussambani Malonga, yang dikenal dunia sebagai “Eric, Si Belut.”


Lebih dari sekadar cerita unik, keikutsertaan Eric membuka mata dunia tentang ketimpangan akses terhadap olahraga elit — dan menjadi inspirasi global.

marikitabaca - Di tengah gemerlap Olimpiade Sydney tahun 2000 silam, muncul satu nama tak terduga yang menjadi simbol keberanian, perjuangan, dan semangat sportivitas: Eric Moussambani Malonga, yang dikenal dunia sebagai “Eric, Si Belut.”

Mewakili Guinea Khatulistiwa, Eric menjadi sorotan bukan karena prestasi luar biasa, melainkan karena keberaniannya menantang segala keterbatasan — termasuk ketidaktahuannya sendiri.

Eric belum pernah melihat kolam renang Olimpiade sebelum tiba di Australia. Latihannya dilakukan secara sederhana: sendirian, di kolam hotel sepanjang 20 meter, tanpa pelatih, tanpa fasilitas, di negara yang hampir tidak memiliki budaya renang.

Meski begitu, ia lolos ke Olimpiade berkat program Komite Olimpiade Internasional yang mendorong partisipasi atlet dari negara-negara dengan fasilitas olahraga terbatas.


Pilihan Redaksi


Pada tanggal 19 September 2000, di babak penyisihan nomor 100 meter gaya bebas, dua lawannya melakukan start palsu dan didiskualifikasi.

Eric pun menjadi satu-satunya peserta. Ia berenang 100 meter dengan penuh perjuangan, hampir berhenti di 15 meter terakhir, dan menyelesaikan lomba dengan waktu 1 menit 52,72 detik — catatan waktu paling lambat dalam sejarah Olimpiade untuk nomor itu. 

Namun, itu juga merupakan rekor nasional Guinea Khatulistiwa, dan waktu tercepat yang pernah ia capai.

Lebih dari 17.000 penonton di Sydney International Aquatic Centre bersorak luar biasa. Mereka menyemangati setiap kayuhan Eric, yang keluar dari kolam dalam keadaan sangat lelah, namun disambut layaknya juara sejati.

Lebih dari sekadar cerita unik, keikutsertaan Eric membuka mata dunia tentang ketimpangan akses terhadap olahraga elit — dan menjadi inspirasi global.

Setelah Olimpiade, Eric tetap aktif di dunia olahraga. Ia menjadi pelatih utama tim renang Guinea Khatulistiwa dan berjuang menciptakan kesempatan yang dulu tidak ia miliki.

Kisahnya diangkat dalam berbagai dokumenter, berita, dan buku — dan tetap menjadi salah satu cerita paling menyentuh dan manusiawi dalam sejarah Olimpiade.

Eric memang tidak membawa pulang medali, tapi ia menang dengan cara yang tidak bisa dicapai oleh banyak atlet: dengan hati.

Penulis: Putra Mahendra/berbagai sumber





Baca Juga