Promo

Strategi Sunyi Molen: Langkah "Garpu"

Minggu, 08 Juni 2025 14:19 WIB | 2.118 kali
Strategi Sunyi Molen: Langkah "Garpu"

Maulan Aklil, Walikota Pangkalpinang periode 2018-2023.


Pergerakan politik Maulan Aklil dalam menghadapi kontestasi Pilwako susulan 2025 Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), seperti memperlihatkan model teoritis "senyap tapi tegas". Dewasa dan hati-hati. Seperti di permainan catur.

- Maulan Aklil--sepengetahuan penulis--saat ini memang memiliki keunggulan teoritis di mata publik arus bawah, seperti popularitas, akseptabilitas dan tentunya elektabilitas.

Dia, membuat langkah taktis layaknya di permainan catur, seperti "pin" atau "garpu". Langkah yang sangat efektif, namun tidak terlihat secara langsung. Pemain yang tidak mengetahui taktik tersebut mungkin tidak menyadari bahaya yang mengintai.

Walau opini yang terus dikembangkan lawan politiknya dengan isu-isu yang menonjol, tetapi sikap mereka saling bertentangan, seperti mengirimkan sinyal "keras tetapi berisik", yang sampai hari ini tak mampu memancing pria yang disapa Molen itu untuk masuk jebakan "Batman" lawannya.

Lawan politiknya, yang diam-diam 'menggantang asap, mengukir langit', yang alih-alih berusaha mengembangkan potensi diri untuk bersaing di Pilwako, justru terjebak dalam pendapat bahwa pengaruh opini publik, partai, dan kelompok kepentingan bergantung pada keunggulan topik masing-masing dan pada tingkat kesepakatan dalam opini publik. Itu artinya, mereka ingin mematikan Molen tapi tidak tahu di mana saklarnya.

Molen, dalam diamnya, yang mungkin juga timnya, harus diakui mampu menjaga opini publik untuk tetap stay tune--bukan stecu-- membicarakan dirinya di ruang publik. Sentimen negatif justru menjadi paku yang dipalu. Menguntungkan memang, tapi jika tak lekas dirawat, akan berkarat.

Ketertarikan publik, resistensi maupun eksistensi Maulan Aklil tetap terjaga, yang justru dipupuk sendiri oleh tim lawan. Atau setidaknya seseorang atau sekelompok orang.

Molen kalem. Dia berposisi kampanye gratis dalam diam. Membicarakan Molen di ruang publik seperti menunggu putaran dadu roulette. Selalu ada tepuk riuh setelahnya. Dia layaknya seorang media darling.

Suka atau tidak suka, Walikota ke-12 Pangkalpinang ini memiliki pengaruh besar dalam dunia politik di Pangkalpinang yang "keras", ketika keunggulannya masih tinggi dan sikap publik yang juga koheren terhadap dirinya. Layaknya ada konsesus tanpa kata, dan senyap dalam data.

Bicara data ini, penulis cuma penasaran kenapa partai-partai politik belum berani mengeluarkan hasil survey internal mereka? Patut diduga, karena nama teratas tak sesuai konstelasi politik mereka. Dengan kata lain: nama teratas (kebetulan) tidak mendaftar di partai mereka? Wallahu a'lam bishawab.

Penulis memang tak punya basic analysis methods, teknik yang digunakan untuk memeriksa data dan memperoleh wawasan yang bermakna, atas analisa tersebut. Tapi, patutlah terbaca bahwa politik senyap Molen menggunakan metode komunikasi yang tidak langsung atau tersirat, dengan tujuan memengaruhi atau mengendalikan situasi tanpa mengungkapkan secara terang-terangan. 

Keheningan strategis Molen, adalah taktik komunikasi dan retorika yang melibatkan penahanan ucapan secara sengaja. Ini adalah jeda yang diperhitungkan, tidak adanya respons verbal yang disengaja yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. 

Molen nampaknya paham betul dengan yang namanya politik sebagai seni membaca angin. Karena dalam politik elektoral, diam bukan berarti tidak nampak. Melainkan menunggu angin. 

Molen tidak gegabah. Dia seperti banyak belajar. Dia biarkan dirinya diserang, menunggu untuk mengeksekusi teori "rational choice", yakni dia sebagai aktor bertindak berdasarkan kalkulasi rasional.

Molen memahami opini publik sedang bergerak dinamis. Dia menjaga dengan kehati-hatian agar api tak meredup dan asap tak terlalu menggulung.

Karena sebentar lagi, semua bakal calon jika tak hati-hati memanfaatkan instrumennya, maka akan tersulut bara sendiri, akan terbakar api yang sedang dijaga dalam diam oleh Maulan Aklil. 

Ingatlah, yang tak terlihat bukan berarti tak ada. Yang terlihat bukan berarti yang selalu ada. Yang tak acuh bukan berarti tak mencari tahu. Yang acuh bukan selalu yang paling tahu.

Penulis: Surya Nafiz Muhammad/Mahasiswa


Klik juga artikel  di bawah ini:





Baca Juga