Promo

Enam Agama yang Menyerupai Islam: Ada Shalat, Puasa, Wudhu dan Jilbab

Rabu, 12 Februari 2025 02:51 WIB | 906 kali
Enam Agama yang Menyerupai Islam: Ada Shalat, Puasa, Wudhu dan Jilbab

Di tengah luasnya perbedaan yang ada di dunia terkadang kita menemukan persamaan yang tidak terduga. Namun, terkadang itu bagus, tapi tak jarang ada yang berbeda dalam cara menerima.

MARKICA - Islam, sebagai salah satu agama besar di muka bumi memiliki beberapa jejak kesamaan dengan tradisi lain yang tak kalah menakjubkan.

Meski tampak berbeda di permukaan, ada nilai-nilai dan ajaran yang seolah beriringan seperti aliran sungai yang menuju ke samudera yang sama.

Meskipun memang ada, hakikatnya berbeda ini mengajarkan kita bahwa manusia dalam pencarian akan makna hidup seringkali berjalan di jalan yang berdekatan.

Dan inilah enam agama yang memiliki kemiripan dengan Islam:

Agama Sikh

Agama besar dunia yang berasal dari anak benua India. Agama ini muncul pada abad ke-15 di wilayah Punjab yang sekarang terbagi antara India dan Pakistan.

Pendiri agama Sikh adalah Guru Nanak Devji yang lahir pada tahun 1469 di Desa Talwandi, yang sekarang dikenal sebagai Nangkana Sahib, terletak di wilayah Pakistan modern.

Agama ini berbeda dengan Hindu yang menyembah banyak Dewa. Sikh memiliki prinsip bahwa Tuhan itu satu.

Penganut agama ini menyembah hanya kepada satu Tuhan. Pada abad ke-15 India berada di bawah dua pengaruh tradisi agama utama, yaitu Hindu dan Islam. Wilayah Punjab tempat lahirnya Sikhisme adalah titik temu dari kedua tradisi ini. Meskipun keduanya memiliki keanekaragaman spiritual, masyarakat pada saat itu dipengaruhi dengan diskriminasi sosial sistim kasta dan ketidakadilan gender.

Guru Nanak lahir dalam keluarga Hindu Katri, tetapi sejak kecil dia telah menunjukkan ketertarikan mendalam pada pertanyaan-pertanyaan spiritual. Diceritakan bahwa pada usia muda dia seringkali menghabiskan waktu untuk merenung dan bermeditasi.

Pada usianya yang ke-30 tahun, Guru Nanak mengalami pengalaman spiritual mendalam saat sedang mandi di Sungai Kaliin. 

Pengalamannya ini, dia merasa bersatu dengan Tuhan dan menerima misi untuk menyampaikan pesan cinta universal dan pengabdian kepada umat manusia.

Alih-alih menggabungkan kedua unsur antara ajaran agama Hindu dan Islam, Guru Nanak malah menyatakan tidak ada Hindu tidak ada Muslim, yang mencerminkan keyakinan bahwa identitas agama tidak lebih penting daripada hubungan langsung dengan Tuhan.

Pernyataan ini menandai dimulainya gerakan Sikh yang menolak sektarianisme (ideologi yang mendorong perpecahan dan kekerasan berdasarkan perbedaan agama atau politik). Sektarianisme dapat menimbulkan diskriminasi, kebencian, dan prasangka terhadap anggota kelompok lain dan menekankan kesetaraan.

Guru Nanak menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk berpergian dan menyebarkan ajarannya. Dia dikenal sebagai "udasis" (sekte pertapa dalam agama Sikh yang berfokus pada kehidupan spiritual dan ketidakpedulian terhadap keterikatan duniawi).

Perjalanan ini membawanya ke berbagai wilayah di India Timur Tengah dan Asia Tengah. Dia bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang agama dan budaya termasuk Hindu, Muslim, Budha dan Jhin.

Dalam setiap kedatangannya, Guru Nanak menyiarkan pesan, satu keadilan.

Selama perjalanannya ini dia menyampaikan ajarannya melalui lagu-lagu dan syair-syair yang dikenal sebagai syabat. Syair-syair ini kemudian dikumpulkan dalam kitab suci agama Shik.

Guru Nanak mengajarkan bahwa Tuhan adalah satu, abadi dan melampaui bentuk fisik. Dalam bahasa Punjabi Tuhan disebut "Wah Guru" yang berarti guru yang mulia. Ajaran Shik juga menolak konsep perantara dalam hubungan antara manusia dengan Tuhan, sebaliknya, setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi langsung dengan Tuhan melalui doa meditasi dan tindakan yang benar.

Selain itu Guru Nanak juga dengan tegas menolak sistim kasta yang ada pada ajaran Hindu. Dia menekankan bahwa semua manusia sama di mata Tuhan. Hal lain juga tercermin dalam praktik "Langar" yaitu sebuah dapur komunitas di mana semua orang tanpa memandang latar belakang sosial makan bersama.

Agama Shik sering dianggap memiliki banyak kesamaan dengan Islam meskipun keduanya merupakan tradisi keagamaan yang berbeda.

Dalam perjalanannya, Guru Nanak berinteraksi dengan orang-orang Muslim, mendalami nilai-nilai Islam dan sering mengunjungi masjid-masjid. Selama perjalanannya ini ia menciptakan lingkungan di mana ajaran Shik mengintegrasikan beberapa nilai universal yang juga ditemukan dalam Islam, Tuhan yang satu.

Ada beberapa hal lain dari Shik dan Islam yang disebut memiliki kesamaan, yaitu menolak penyembahan berhala atau representasi fisik Tuhan. Dalam Islam konsep ini dikenal sebagai tauhid (keyakinan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan, memelihara, dan menentukan segala sesuatu di alam semesta), sementara dalam Sikhisme Guru Nanak dengan tegas menolak praktik-praktik penyembahan berhala yang umum dalam tradisi Hindu.

Pada masa itu kedua agama mengajarkan bahwa Tuhan tidak dapat direpresentasikan dalam bentuk fisik apapun. Sikhisme juga dikenal dengan konsep adanya praktik berbagi kekayaan, dalam ajaran Islam salah satu dari konsep ini dikenal sebagai zakat, yaitu kewajiban memberikan sebagian harta kepada yang membutuhkan.

Sikhisme mengajarkan "Vand chako" yang berarti berbagi dengan sesama. Keduanya melihat berbagi kekayaan sebagai bentuk ibadah dan kewajiban moral untuk membantu masyarakat miskin dan tertindas.

Ibadah harian seperti shalat lima waktu menjadi cara utama untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa taala. Dalam sikhisme meditasi atau "Simran" digunakan untuk mengingat Tuhan, meskipun metode dan bentuknya berbeda, keduanya mengajarkan pentingnya hubungan langsung dengan Tuhan melalui ibadah yang konsisten.

Selain itu ada beberapa kemiripan lain dalam praktik keagamaan seperti penutup kepala. Dalam Islam menutup kepala dengan hijab atau peci atau sorban adalah bagian dari tradisi dan kesopanan dalam beribadah. Dalam Sikhisme laki-laki dan perempuan yang telah menjadi anggota Kalsa diwajibkan mengenakan turban atau dastar sebagai simbol penghormatan kepada Tuhan dan komitmen spiritual.

Kemudian dalam tradisi Islam diharuskan menggunakan bahasa Arab dalam beribadah seperti halnya bahasa yang digunakan di dalam Al-qur'an, dalam kitab suci Sikhisme yaitu kitab suci Guru Grand Sahib, yang ditulis menggunakan aksara Gurmuki, tetapi mencakup puisi dan doa dalam berbagai bahasa, termasuk Arab dan Persia. Pengaruh bahasa-bahasa ini mencerminkan interaksi budaya antara kedua agama.

Mengenai konsep makanan halal dalam Islam makanan yang dikonsumsi harus halal dan adanya larangan untuk meminum alkohol atau sesuatu yang memabukkan, Sikhisme juga melarang penggunaan alkohol dan zat-zat yang dapat mengganggu kesadaran spiritual.

Meskipun aturan makanan dalam Sikhisme tidak seketat dalam Islam, banyak umat Sikh mengadopsi gaya hidup vegetarian sebagai bagian dari ajaran non kekerasan.

Selain banyak kemiripan ada beberapa hal yang membuat kedua agama ini berbeda, yaitu pandangan tentang kenabian.

Islam mengakui Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir, sedangkan Sikhisme tidak mengakui konsep kenabian.

Guru Nanak dianggap sebagai guru, bukan nabi dan Sikhisme menolak gagasan perantara antara manusia dengan Tuhan.

Kemudian mengenai kitab suci, Al-qur'an kitab suci bagi kaum muslimin yang diyakini sebagai firman Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. Dalam Sikhisme kitab Guru besar Sahib adalah kumpulan ajaran dari para guru Sikh dan penyair dari berbagai tradisi yang dianggap sebagai guru abadi.

Dan yang terakhir untuk kedisiplinan dalam ibadah harian shalat lima waktu. Dalam Islam telah jelas dan tegas mengenai kapan dan jam berapa untuk pelaksanaannya, namun dalam Sikhisme waktu sembahyang harian cenderung lebih fleksibel dan berfokus pada meditasi dan pengabdian

Agama Samaria

Agama Samari atau samaritanisme adalah salah satu tradisi keagamaan yang memiliki akar kuat dalam sejarah kuno di kawasan Timur Tengah khususnya di wilayah yang kini dikenal sebagai Palestina dan Israel.

Keberadaan agama ini berkaitan erat dengan perkembangan kepercayaan Bangsa Israel kuno dan muncul sebagai cabang yang memiliki identitas sendiri.

Bangsa Samaria adalah kelompok etnis dan agama yang mengklaim sebagai keturunan langsung dari suku-suku Israel Utara, khususnya suku Efraim dan Manasye yang merupakan keturunan dari Nabi Yusuf.

Agama ini sebenarnya berakar dari ajaran Yahudi namun memiliki beberapa penyimpangan sehingga tidak bisa dikatakan mereka adalah Yahudi.

Perpecahan keagamaan antara Samaria dan Yahudi semakin jelas setelah pembangunan Bait Suci kedua di Yerusalem pada abad ke-6 sebelum masehi. Orang-orang Samaria tidak mengakui legitimasi Bait Suci di Yerusalem dan memilih untuk membangun pusat ibadah mereka sendiri di Gunung Gerizim, yang mereka anggap sebagai tempat suci yang telah ditetapkan oleh Nabi Musa.

Di Gunung Gerizim inilah menjadi pusat spiritual dan identitas Bangsa Sumeria, mereka percaya bahwa Gunung Gerizim adalah lokasi di mana Abraham atau Nabi Ibrahim hampir mengorbankan putranya Ishak dan tempat suci yang ditentukan oleh Tuhan untuk penyembahan dalam pandangan Bangsa Samaria. 

Penyembahan di Yerusalem adalah bentuk dari penyimpangan dari tradisi asli Israel.

Kitab suci agama ini adalah Taurat Samaria yang mencakup lima kitab pertama dari Alkitab Ibrani yaitu kejadian, keluaran, imamat, bilangan dan ulangan. Bangsa Samaria juga menolak kitab-kitab lain dalam Alkitab Ibrani yang dianggap sebagai tambahan belakangan seperti Talmud, mereka percaya bahwa ajaran Musa adalah satu-satunya wahyu yang asli dan menolak interpretasi serta tradisi lisan yang dikembangkan oleh para Rabi Yahudi.

Hubungan antara bangsa Samaria dan Yahudi seringkiali diwarnai oleh ketegangan dan permusuhan, dalam catatan sejarah Bangsa Yahudi, menganggap orang-orang Samaria sebagai golongan yang telah menyimpang dari ajaran asli Israel, sementara Samaria mengklaim bahwa mereka adalah penjaga tradisi yang murni selama berabad-abad.

Bangsa Samaria menghadapi berbagai tantangan termasuk penindasan pengusiran dan perpecahan internal, populasi mereka terus menurun seiring waktu, tetapi komunitas Samaria tetap bertahan hingga hari ini, pada tahun 2024, tercatat ada sekitar 900 orang saja yang masih memeluk agama ini.

Mereka sebagian besar tinggal di dua lokasi utama yaitu di Kota Nablus di dekat Gunung Gerizim dan di Kota Holon Israel. Dalam praktik keagamaan modern Bangsa Samaria tetap setia kepada tradisi kuno mereka, mereka merayakan hari-hari Suci seperti Paskah Ros Hasanah dan Yom Kipur sesuai dengan kalender mereka sendiri yang berbeda dengan kalender Yahudi.

Salah satu kesamaan mendasar agama Samaria dengan Islam yaitu tentang konsep keesaan Tuhan.

Islam dan Samaria menyembah Tuhan yang satu mereka menyebut Tuhan sebagai “yahwe”, mereka juga menolak konsep politeisme (kepercayaan kepada banyak dewa atau Tuhan), atau penyembahan terhadap dewa-dewa lain. Agama Samaria memiliki tradisi penyembelihan hewan dengan cara tertentu yang memastikan bahwa prosesnya dilakukan secara higienis dan sesuai dengan hukum agama.

Dalam Samaritanisme penyembelihan dilakukan dengan mengucap nama Tuhan yang mirip dengan praktik dalam Islam. Di Islam penyembelihan dilakukan dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa Taala.

Dalam Agama Samaria mereka juga memiliki konsep arah ibadah seperti Islam, yang dalam Islam salat harus menghadap ke kiblat atau Ka'bah dalam Samaria ibadah dilakukan menghadap Gunung Gerizim yang dianggap sebagai tempat suci yang ditentukan oleh Musa, lalu sistim hukum dan etika, Islam memiliki sistim hukum yang dikenal sebagai syariat yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia seperti dalam agama Samaria, hukum Islam bertujuan untuk membimbing umat menuju kehidupan yang harmonis dan sesuai dengan kehendak Tuhan.

Kesamaan dalam penerapan hukum ini menunjukkan bahwa kedua agama ini memiliki perhatian besar terhadap nilai-nilai moral dan sosial kesamaan.

Yang paling mencolok adalah tentang cara berpakaiannya orang-orang Samaria memiliki penampilan layaknya ulama dalam Islam, mereka memakai semacam jubah dan penutup kepala yang sepintas orang berpikir bahwa mereka adalah orang Islam, padahal nyatanya itu adalah pakaian dari tradisi keagamaan mereka yang telah digunakan secara turun menurun.

Agama Yarsanisme

Agama ini juga dikenal dengan nama Alihq atau bisa juga disebut sebagai Yarsan yang berarti sahabat Tuhan, adalah sebuah kepercayaan spiritual yang berkembang di wilayah Kurdistan yang meliputi sebagian besar Irak dan Iran, agama ini memiliki akar yang dalam dalam tradisi mistisme Timur Tengah dan memiliki karakteristik yang unik yang membedakannya dari agama-agama besar lainnya di wilayah tersebut.

Yarsanisme diyakini mulai berkembang pada abad ke-14 di kawasan barat Iran terutama di Provinsi Kermansyah. Pendiri Yarsinisme adalah Sultan Sahak seorang tokoh spiritual yang dianggap sebagai manifestasi Ilahi oleh para pengikutnya.

Sultan Sahak hidup pada masa Dinasti Ilhanit dan ajarannya menyebar di antara komunitas Kurdi dan berbagai kelompok lain yang tinggal di wilayah pegunungan. Dalam sejarahnya Yarsanisme seringkali menjadi agama minoritas yang harus menghadapi tantangan berat termasuk diskriminasi dan penganiayaan, karena ajaran yang bersifat esoteris (sesuatu yang bersifat khusus, rahasia, dan terbatas, serta hanya dipahami oleh sebagian kecil orang), dan tidak menganut norma-norma keagamaan.

Mayoritas Yarsanisme sering disalahpahami oleh masyarakat luar. Meskipun begitu kepercayaan ini berhasil bertahan selama berabad-abad berkat kekuatan komunitasnya yang erat. Yarsanisme berpusat pada konsep penyatuan dengan Tuhan atau hak Tuhan. Dalam pandangan, Yarsan dianggap sebagai esensi universal yang ada di dalam segala sesuatu. Paham ini seringkali dikaitkan dengan mistisme Sufi.

Meskipun Yarsanisme memiliki sistem kepercayaan yang unik di dalam agama ini mengajarkan bahwa Tuhan diri dalam bentuk manusia pada berbagai masa untuk membimbing umat manusia, manifestasi-manifestasi ini dikenal sebagai “Avatars” atau “Mazar”.  Sultan Sahak dianggap sebagai salah satu manifestasi Tuhan yang paling penting dalam tradisi Yarsan.

Jumlah total penganut Agama Yarsan diperkirakan sekitar 2 juta hingga 3 juta orang saat ini mereka tidak hanya ditemukan di Iran barat, tetapi juga ada di Iran timur yang sebagian besar berasal dari etnis Kurdi.

Beberapa pengikut Agama Yarsan di Irak biasa disebut sebagai Kakai. Penganut Agama Yarsan atau Yarsanis juga ditemukan di beberapa komunitas pedesaan di Turki Tenggara, banyak penganut agama ini menyembunyikan agama mereka karena tekanan sistim Islam Iran. Penciptaan Iman ini sering dikaitkan dengan sufisme dalam Islam.

Para pengikut Yarsanisme sendiri mengklaim bahwa kepercayaan mereka bukanlah sufisme. Penganut Agama yarsani percaya pada satu tuhan yang menciptakan bumi dan semua makhluk di dalamnya.

Dia atau Tuhan kemudian meninggalkan bumi, namun kadang-kadang Tuhan muncul kembali dalam bentuk inkarnasi. Dan ada enam inkarnasi yang mereka percayai atau Tuhan yang membentuk diri menjadi manusia yaitu Benyamin, Nabi Daud, Mustafa, Sirmusi, Katun Erazbur dan Sultan Sahak.

Ada pula catatan yang mengatakan bahwa Sayidina Ali Bin Abi Thalib juga merupakan inkarnasi Tuhan di dunia dengan penampilan yang mirip dengan kaum muslimin.

Sebenarnya Agama Yarsani bersifat sinkretis (proses perpaduan antara dua atau lebih aliran, kepercayaan, atau paham yang berbeda), dengan mencampur adukan agama-agama tertentu dalam ajaran mereka seperti agama Kristen, Zoroastrianisme dan Hindu.

Agama Bahai

Sering dianggap memiliki banyak kesamaan dengan Islam.

Agama ini lahir di Persia yang sekarang adalah Iran, lahir pada abad ke-19 di tengah masyarakat yang mayoritas beragama Syiah tepatnya pada tahun 1844. Agama atau kepercayaan ini dipimpin oleh seorang tokoh bernama Siyid Suptan Musdadi yang dikenal sebagai “bab” yang berarti pintu.

Musdadi mengklaim dirinya sebagai utusan Tuhan dan membuka jalan bagi seorang nabi yang lebih besar yang akan datang setelah Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. Saat itu agama atau gerakan ini dianggap sesat, akhirnya pada tahun 1850 Musdadi dieksekusi oleh pemerintah Persia.

Setelah kematian Musdadi banyak pengikutnya menghadapi penganiayaan.

Salah satu pengikutnya yang bernama Mirza Susain Ali Nuri yang kemudian dikenal sebagai Bahaullah pada tahun 1863. Bahaullah menyatakan bahwa dia adalah nabi yang dijanjikan oleh Musdadi.

Pernyataan inilah yang menjadi titik awal berdirinya Agama Bahai. Saat ini jumlah penganut Agama ini diperkirakan ada lebih dari 5 juta orang. Beberapa negara dengan jumlah penganut Bahai terbesar di dunia adalah India, Iran dan Amerika Serikat.

Agama Bahai saat ini tersebar di 247 negara di seluruh dunia dan penganutnya berasal lebih dari 2.100 suku ras dan bangsa. Kitab suci agama ini disebut dengan nama Adas yang ditulis sendiri oleh Bahaullah.

Kitab ini menguraikan kepercayaan hukum dan ajaran sosial Agama Bahai. Agama ini memiliki tempat ibadah yang disebut dengan Masriu Adkar. Bahai merupakan agama monoteistik yang menyembah kepada Tuhan yang satu. 

Mereka memiliki puasa seperti kaum muslimin pada umumnya, namun puasa mereka hanya hari di bulan Maziah, yaitu kalender Bahai. 

Selama puasa mereka tidak makan atau minum dari matahari terbit hingga matahari terbenam.
Setiap 19 hari sekali agama ini mengadakan pertemuan rutin yang disebut “Fest” pertemuan ini melibatkan doa diskusi spiritual dan administrasi komunitas.

Meskipun di dalam ajaran agama ini sangat menekankan perdamaian dan kesatuan Agama Bahai sering menghadapi persekusi terutama di Iran tempat asal agama ini. Pemerintah Iran tidak mengakui agama ini.

Bahai dianggap sebagai kelompok bukan agama sehingga tidak ada alasan untuk melindungi mereka. Pemimpin tertinggi Iran menggencarkan kampanye anti Bahai, karena mereka menyebut bahwa orang-orang Bahai adalah orang kafir atau musuh dari Agama Syiah.

Para pemimpin politik Iran juga menganggap agama Bahai merupakan buatan barat atau zionis dengan tujuan untuk memecah belah komunitas Syiah. Walaupun banyak penganutnya di Iran namun ada beberapa larangan untuk agama ini di sana, yaitu dilarang menyelenggarakan salat secara bebas, dilarang bekerja di sektor publik.

Lahan pertanian penganut Bahai disita, pemakaman Bahai dihancurkan dan masih banyak lagi larangan-larangan yang menyudutkan agama ini dengan tujuan untuk memusnahkan para pengikutnya.

Agama Kristen Ortodoks

Adalah salah satu aliran Kristen yang menganut ajaran dan praktik dari gereja kuno. Kata Ortodoks berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu “ortos” yang berarti benar dan “doksa” yang berarti pengajaran.

Diperkirakan saat ini pengikut dari agama ini ada sekitar 225 hingga 300 juta orang. Ada beberapa kesamaan yang paling mencolok antara Kristen Ortodoks dengan Islam yaitu tentang penggunaan hijab atau penutup kepala pada perempuan, umat Kristen Ortodoks mengenakan kerudung atau penutup kepala sebagai tanda ketaatan pada Tuhan dan untuk meneladani ketaatan para malaikat kepada Tuhan.

Selain itu penggunaan kerudung juga merupakan bagian dari ajaran dan praktik kekristenan awal yang dibawa oleh Yesus Kristus. Penutup kepala ini juga menunjukkan simbol keberadaan wanita ada di bawah wibawa laki-laki. Ada pula yang mengatakan penggunaan kerudung, yaitu bahwa, bagi Tuhan rambut pada perempuan itu adalah mahkota bagi perempuan.

Maka ada saat beribadah kepada Tuhan yang merupakan raja dari para raja, maka perempuan disyaratkan untuk menutupi mahkotanya yaitu dengan cara memakai kerudung.

Meskipun demikian pedoman berpakaian umat Kristen odoks dapat bervariasi dan bukan hanya bentuk kerudung. Bisa dengan shitel, shal, topi, atau baret, atau bisa juga ditutup dengan jaring rambut.

Dalam pelaksanaan sembahyang di dalam Islam ada yang namanya shalat dengan kombinasi gerakan ruku sujud dan sebagainya, cara sembahyang Kristen Ortodoks pun ada ruku dan sujudnya, malahan istilah shalat itu sendiri juga sangat mirip dalam bahasa Islam.

Shalat disebut mereka dengan istilah “selota” atau “zelota”.

Bahasa Aram adalah bahasa asli dari Maryam ibunda Nabi Isa dan tentu saja juga menjadi bahasa Nabi Isa, Selota ini kemudian dilestarikan oleh Kristen Ortodoks. Dalam Alkitab disebutkan bahwa salat menurut Nabi Daniel dilakukan sehari tiga kali, sedangkan salat menurut Nabi Daud dilakukan sebanyak lima kali.

Dalam tradisi Kristen Ortodoks sembahyang harus diawali dengan berwudu sesuai dengan yang tertulis dalam kitab mereka. Di ayat ini dijelaskan mereka terlebih dahulu membasuh kaki dan tangan sebelum mereka memasuki kemah pertemuan.

Jemaat Kristen Ortodoks juga wajib mengucapkan doa sembari berwudu ini terdapat di salah satu ayat di dalam Mazmur

Kemudian Kristen Ortodoks juga mengajarkan untuk melaksanakan salat dengan berkiblat ke Timur. Dalam Mazmur disebutkan bahwa Nabi Daud sujud ke arah tersebut.

Di Gereja Thomas Jakarta, umat Kristen Ortodoks melaksanakan liturgi (ibadah resmi yang dilakukan umat dalam gereja, baik dalam tradisi Kristen maupun Buddhis) selama sekitar 2 setengah jam dengan mayoritas doa dilakukan dalam posisi berdiri, tak ada banyak kursi yang disediakan, hal ini membuat gereja tampak seperti lantai masjid dengan hamparan karpetnya.

Umat Ortodoks mempunyai banyak hari untuk berpuasa. Disebutkan bahwa jumlah hari puasa kurang lebih ada 6 bulan dalam setahun, puasa ini pun dilakukan dengan berbagai pantangan, puasa ini dinilai wajib dan telah dilakukan oleh umat-umat terdahulu dan puasa ini dilakukan dari jam 6 sore hingga jam 3 sore keesokan harinya.

Beberapa contoh hari puasa misalnya 40 hari menjelang Natal, puasa sekitar 3 minggu untuk mengenang Bunda Maria dan puasa Rasul Peter dan Paul selama 3 minggu. Umat Ortodoks juga punya puasa rutin layaknya Senin-Kamis dalam Islam, mereka puasa rutin setiap hari Rabu dan Jumat.

Agama Yazid

Agama ini memiliki akar sejarah yang sangat kuno dan seringkali dianggap sebagai agama yang lebih tua daripada banyak agama-agama besar di dunia. Diperkirakan bahwa agama ini muncul lebih dari 4000 tahun yang lalu tepatnya di wilayah Mesopotamia yang kini dikenal sebagai bagian dari Irak Suriah dan Turki, namun sangat sulit untuk menentukan asal-usul pasti agama ini.

Itu semua karena kurangnya bukti tertulis yang jelas, sebagian besar pengetahuan tentang Yazidisme berasal dari tradisi lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Kepercayaan dasar Yazidi berfokus pada pemujaan Tuhan yang tunggal yang dikenal sebagai “suade” dalam bahasa Kurdi.

Namun pemahaman mereka tentang Tuhan berbeda dengan monoteisme dalam agama-agama besar lainnya. Yazidi percaya bahwa Tuhan menciptakan dunia dan kemudian menyerahkan kepada tujuh malaikat untuk mengatur dan memeliharanya.

Salah satu malaikat yang paling penting dalam tradisi Yazidi adalah Melektaus yang sering digambarkan dengan bentuk burung merak. 

Melektaus diyakini sebagai malaikat yang ditunjuk oleh Tuhan untuk menjadi penguasa dunia ini. Ada juga beberapa penganut Agama ini yang menganggap bahwa Melektaus sebenarnya adalah bentuk dari iblis.

Meskipun banyak yang membantahnya sebagian dari mereka tetap menganggap Melektaus adalah malaikat yang sangat dihormati, dan tidak ada kaitannya dengan kejahatan. Dalam mitologi Yazidi Melektaus awalnya menolak untuk menyembah Adam yang dianggap sebagai manusia pertama, namun setelah diberi penjelasan oleh Tuhan Melektaus akhirnya menerima tugasnya untuk menjaga dunia.

Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa Melektaus dianggap sebagai simbol kebijaksanaan dan kekuatan dalam ajaran Yazidi. Penganut Yazidi sebagian besar berbahasa Kurdi, jumlah pengikut agama ini yaitu sekitar 1 juta orang. Disebutkan bahwa penganut Agama ini tinggal di daerah pegunungan di Irak Utara dan pegunungan Sinjar menjadi pusat tinggalnya. Namun sebagian besar ada yang bermukim di Armenia Georgia Suriah dan beberapa di Jerman.

Agama Yazidi mempraktikkan sinkretisme yang menggabungkan Syiah dan Sufi Islam dalam tradisi adat rakyat daerah.

Seperti agama Islam dalam ajaran agama Yazidi juga menunaikan shalat lima waktu.

Hanya saja saat shalat mereka menghadap matahari dan ketika sore menghadap ke situs suci di Lalis yang terletak di Irak Utara.

Akhirnya kita menyadari bahwa di hamparan dunia yang luas ini kepercayaan adalah cerminan jiwa yang memantulkan pencarian manusia akan kebenaran.

Dalam Islam diajarkan bahwa keberagaman bukanlah untuk bermusuhan, tapi ladang untuk menanamkan kasih sayang.

Meski agama-agama ini menyerupai Islam dalam ajaran praktik dan keyakinannya, namun mereka tetap berada di jalurnya masing-masing yang terjalin sejarah dan tradisi. Islam mengajarkan untuk menjadi penyeru kebaikan bukan hakim bagi yang berbeda.

Penulis: Putra Mahendra/Diolah dari berbagai sumber




Baca Juga