Promo

Helios 522, Pesawat "Hantu" tanpa Pilot Berisi 121 Mayat

Kamis, 16 Oktober 2025 21:19 WIB | 399 kali
Helios 522, Pesawat "Hantu" tanpa Pilot Berisi 121 Mayat

Helios 522


Helios Airways Flight 522 meninggalkan pelajaran kelam bahwa teknologi tercanggih pun bisa lumpuh oleh satu tindakan manusia yang terlewat.

marikitabaca - Helios Airways Flight 522 bukan hanya kecelakaan pesawat biasa. Tragedi ini mengungkap bagaimana kesalahan kecil yang terlihat sepele dapat berubah menjadi mimpi buruk mematikan di langit.

Pesawat Boeing 737-300 itu lepas landas dari Larnaca, Siprus, pada 14 Agustus 2005 pukul 09:07 pagi, menuju Athena sebagai transit menuju Prague.

Namun hanya dalam beberapa menit setelah mengudara, masalah besar sudah mulai terjadi.

Sebuah alarm berbunyi di ketinggian sekitar 12.000 kaki. Kru mengira itu adalah peringatan konfigurasi lepas landas yang biasa terjadi di darat.

Mereka gagal menyadari bahwa itu adalah Cabin Altitude Warning; pertanda bahwa tekanan udara di dalam kabin menurun drastis.

Karena, saklar pengatur tekanan kabin tertinggal dalam posisi “MANUAL” setelah proses uji kebocoran sebelum penerbangan. Tak ada yang mengecek ulang. Tak ada yang mengembalikannya ke “AUTO”.

Saat pesawat mencapai ketinggian 34.000 kaki, kondisi dalam kabin seperti berada di pegunungan Himalaya tanpa oksigen.

Kru dan penumpang mulai mengalami hipoksia kekurangan oksigen yang menyebabkan kebingungan, kehilangan kesadaran, dan akhirnya kematian diam-diam.

Para penumpang tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kru tidak mampu memperbaiki keadaan. Autopilot terus menjalankan pesawat seakan tak terjadi apa-apa.

Pesawat kemudian masuk ke pola holding otomatis di langit Athena. Jet tempur F-16 dikirim untuk memantau karena menara pengawas tak mendapat jawaban radio.

Yang mereka lihat membuat bulu kuduk merinding: jendela kokpit berkabut, pilot tampak tak bergerak, dan seluruh kabin sunyi seperti kuburan.

Tapi satu orang terlihat hidup, Andreas Prodromou, seorang pramugara yang juga berlisensi sebagai pilot pribadi dan penyelam. 

Ia menggunakan tabung oksigen portabel dan berhasil masuk ke kokpit, duduk di kursi kapten, dan mencoba menyelamatkan pesawat. Ia bahkan sempat mengubah arah pesawat agar menjauh dari pusat kota Athena.

Sayangnya, semua terlambat. Bahan bakar mulai menipis. Mesin kiri mati pukul 08:49 UTC, disusul mesin kanan sekitar 09:00 UTC. Beberapa menit kemudian, pesawat jatuh di perbukitan terpencil dekat desa Grammatiko, 40 km utara Athena, dengan kecepatan tinggi.

Seluruh 121 orang di dalamnya tewas, termasuk Andreas yang sempat bertarung sendirian di detik-detik terakhir.

Penyelidikan mengungkap serangkaian kelalaian dari teknisi yang tak mengembalikan saklar, kru yang gagal mengikuti checklist dengan benar, alarm kabin yang rancu, hingga kelemahan desain cockpit Boeing 737 yang membuat kesalahan tidak segera dikenali.

Tragedi ini mendorong reformasi besar dalam sistem keselamatan penerbangan dunia, terutama dalam hal sistem peringatan, pelatihan kru, dan prosedur pre-flight.

Helios 522 meninggalkan pelajaran kelam bahwa teknologi tercanggih pun bisa lumpuh oleh satu tindakan manusia yang terlewat.

Dan dari balik cerita dingin ini, kisah keberanian Andreas Prodromou tetap menjadi simbol perlawanan terakhir seorang manusia melawan maut di langit.

Sumber: Diolah | Editor: Dika "Febe"


Pilihan Redaksi




Baca Juga

"Darah" Yahudi Menetes di Nadi Kita?
Rabu, 15 Oktober 2025 01:25 WIB
Ini Membuktikan Tuhan Itu Tidak Ada
Jum'at, 26 September 2025 14:59 WIB
Sodom Gomora, Satu Laknat Dua Agama
Selasa, 23 September 2025 13:52 WIB
Tentang Memaafkan (tapi) Tak Melupakan
Rabu, 17 September 2025 14:33 WIB