Promo

Mobil Sampah Pink, Ide dari Keresahan Tahunan

Rabu, 30 Juli 2025 18:25 WIB | 1.086 kali
Mobil Sampah Pink, Ide dari Keresahan Tahunan

Mobil sampah pink milik Pemerintah Kota Pangkalpinang yang diprakarsai oleh Walikota Maulan Aklil.


Sebelum dilantik menjadi Walikota Pangkalpinang periode 2018-2023, Maulan Aklil menjanjikan kepada masyarakat untuk menjawab keresahan mengenai tata kelola sampah. Bagaimana hasilnya? Berikut hasil obrolan sore kami bersama calon Walikota Pangkalpinang tahun 2025, Maulan Aklil--yang akrab disapa Molen. Paslon HARMONI bersama Zeki Yamani.

marikitabaca.id, PANGKALPINANG - Siang itu, di halaman belakang rumahnya, di atas meja 1x1 warna krem, ada dua cangkir kopi bercorak kembang matahari, mangu di hadapan kami, dengan asap yang mengepul tebal. Pertanda ia masih hangat. Merangsang untuk diseruput.

Ada dua bungkus rokok. Yang satu kretek, yang satu mild. Untuk mempertajam khasanah kami berbincang. Angin sepoi-sepoi ditemani sesekali bunyi burung yang bercanda di ranting pohon, membuat pikiran sedikit rileks. Ditambah aroma tanah yang basah sehabis disiram hujan tipis beberapa jam sebelumnya.

Di depan kami, Molen duduk bersandar di kursi plastik sambil menyematkan kacamatanya mengambil telpon genggam yang sudah tiga kali berbunyi. Ia ingin membalas, ada pesan yang masuk katanya.

"Abang bales WA dulu ok, izin bentar, ok," katanya meminta waktu sejenak. 

Siang itu dia sederhana. Cuma pakai kaos oblong putih bergambar kelinci, yang di bagian pundak kiri ada sedikit robek, sepertinya karena tersangkut. Songkok resam yang bagian atasnya sedikit ia angkat, seperti ingin berkata "Nih, saya botak". Sesekali wajahnya serius. Skrol-skrol layar seperti mencari sesuatu.

"Oke, lah abang silent Hp e. Ape kisah kite ne? (Oke, sudah abang silent Hp-nya. Apa cerita kita nih?)," buka Molen.

Hari itu kami datang hanya ingin bertanya singkat dan meminta sedikit waktu dari padatnya jadwal selama proses pencalonan.

Kami ingin mengulik sedikit mengenai komitmen seorang Maulan Aklil mengurusi keresahan warga Pangkalpinang, saat ia masih menjabat; yakni soal sampah!

Patut diingat, kala ia berkontestasi di tahun 2017 sampai 2018, masyarakat sedang dirisihkan dengan permasalahan sampah di Pangkalpinang yang awut-awutan. Karena di era sebelumnya masih menyisakan banyak PR soal kenyamanan ini. Sampah bertumpuk. Masyarakat bingung, mau diapakan? Mau di kemanakan? Mau bagaimana soal sampah? Dan, janji Maulan Aklil waktu itu adalah; siap mencari solusi!

Bagaimana, bang?

"Jadi, abang putar lagi sedikit ya. Saat itu setelah dilantik tentu kami punya renstra (rencana strategis) yang mendesak. Apa itu? Salah satunya sampah. Abang seminggu setelah dilantik, coba lagi lewat titik-titik, terutama wilayah perumahan, gang-gang, memang, sampahnya banyak. Waktu kampanye juga sudah paham masalah ini, tapi waktu itu masih terbatas mengumpulkan aspirasi, nyari solusi. Abang juga libatkan masyarakat dalam diskusi, mereka maunya yang bagaimana? Instan? Berjenjang? Abang kumpulkan semua masukan," Molen mengawali.

Apa yang Maulan Aklil rasakan saat itu?

"Ya, abang tanya ke diri sendiri, ini kalau tidak dipikirkan secara dramatis dan cepat, masalah yang ditimbulkan tidak sedikit. Ada penyakit, ada bau, ada lalat, ah pokoknya ngerilah, harus cepat nih, kasihan warga saya kalau lama-lama begini," kata Molen dengan nada agak tegas.

Lalu?

"Singkat saja, abang langsung kumpulkan semua yang berhubungan, abang libatkan semua, ingat ya, semua. Jangan nanti ada yang bilang ini-itu, ah itu gak bener. Ingat, semua dipanggil, abang bentuk tim perumus. Jadi abang tegaskan bahwa walaupun idenya murni kita, tapi kalau gak kerja tim, ya gak bisa juga, kan? Abang satukan tim saat itu, karena abang suka bekerja tim," lanjutnya.

"Tapi dalam tim itu abang tegaskan juga bahwa, hey, ini ada beberapa masukan masyarakat, ayo kita akomodir yang masih masuk akal. Yang sesuai kemampuan daerah. Karena ide-ide masyarakat itu bagus-bagus, walau kadang ada juga yang nyeleneh, misal, ada yang bilang, Pak Wali, sampahnya kita kirim ke luar angkasa, tapi abang saring dulu, baru lempar ke forum, ayo bahas ini, itu, kalau yang luar angkasanya skip dulu, duit kita gak cukup, bercandanya masyarakat," katanya sambil tertawa.

"Tapi siapa tahu, kan 30 atau 40 tahun lagi bisa?," selorohnya. Bisa jadi. Who's know?

Kemudian apa yang dihasilkan dari olah pikir seorang Molen kala itu?

"Nah, jadi barang itukan gak bisa sim salabim. Hari ini panggil, hari ini jadi. Gak bisa. Banyak aspek yang harus abang pikirkan. Banyak. Contoh; anggaran, sumber daya (manusia), lokasi, waktu, ketepatan hitungan, force majeure, kesalahan individual, kekompakan tim, jadi banyak yang harus abang manage dulu sebelum memutuskan mau langkah apa," sambungnya.

Berapa lama seorang Molen merumuskan keresahan masyarakat soal sampah ini?

"Setahun. Jadi abang merumuskan permasalahan, itu setahun. Dilantik 2018, di 2019 abang baru mendapatkan formula yang saat itu, abang rasa cukup tepat, entah bagi orang lain, wallahu a'lam bish-shawab," lanjutnya.

Apa formula itu?

"Jadi, 2019 sampai 2020 abang memutuskan untuk membuat satuan tugas yang mengurusi sampah. Satgas Smile namanya," kata Molen.

Dijabarkan Molen, di awal kepemimpinannya, dia harus dipertemukan dengan berbagai persoalan, termasuklah sampah yang menggunung, yang memang keniscayaan dari sebuah persoalan kota yang dalam proses berkembang. Semakin banyak pemukiman, berbanding lurus dengan banyaknya sampah rumah tangga yang dihasilkan.

"Lalu alhamdulillah, di tahun 2020, setahun setelah putar otak, belajar sana-sini, tanya-tanya masyarakat, finally, abang hadirkan sesuatu program untuk menjawab keresahan masyarakat, itu berupa mobil sampah pink, berikut dengan Petugas Satgas Smile-nya," jabar Maulan Aklil.

Molen sedang mencoba mobil sampah pink (sumber foto: ist).


Mobil sampah pink? Bisa jelaskan lagi?

"Ya. Itu mobil. Mobil pikap, kalau dak salah ingat, awalnya abang hadirkan tiga atau empat unit untuk uji coba. Kita uji ke lapangan. Kita seminggu, dua minggu, kita mainkan dia di beberapa titik. Angkut sampah. Di gang-gang, di perumahan. Dulu kita lihat sampah digantung di pohon pinggir jalan. Sampai busuk, sampai bau, berulat, belatung. Digantung di tembok, itu semua kita angkut. Atur jadwal rotasinya. Responnya bagus, pola mulai terlihat, perubahan mulai terasa. Baru setelah itu kita tambah unit agar bisa meng-cover yang sulit di-cover. Alhamdulillah, sejak itu jalan dengan pola yang hampir baku," terangnya.

Pengelolaannya?

"Abang putuskan pengelolaan mobil pink ini, diserahkan hak pengelolaannya ke setiap kelurahan yang ada di Kota Pangkalpinang, hal ini sangat efektif dan mampu menjadi solusi persampahan di masyarakat. Dan saat ini pengolahan sampah sudah sampai tahap sebagai Bahan Bakar Jumputan Padat untuk Co-flring Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Air Anyir dengan berkerjasama dengan PT. PLN (Persero)," terangnya.

Dari yang kami kutip dari berbagai sumber, mobil sampah berwarna pink di Pangkalpinang adalah bagian dari upaya Pemerintah Kota Pangkalpinang untuk menjaga kebersihan lingkungan, khususnya di wilayah permukiman dan gang-gang kecil.

Mobil ini melayani pengangkutan sampah dari rumah tangga dan permukiman dengan biaya yang terjangkau, sekitar Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per bulan.

Mobil pink ini dikelola oleh masing-masing kelurahan dan menjadi solusi untuk mengatasi masalah sampah di area yang sulit dijangkau oleh truk sampah besar. 

Apakah seorang Maulan Aklil puas akan hal itu?

"Jangan tanya abang soal tingkat kepuasan, hahaha. Itu bukan hak abang menjawab. Itu nanti kalian tanya bai ke masyarakat, kire-kire mobil pink tu membantu dak? Jika tu membantu, alhamdulillah. Jika kate masyarakat dak membantu, balik agik, wallahu a'lam bish-shawab. Yang penting niat dan janji abang saat tu sudah abang laksanakan dan alhamdulillah sampai hari ni mobil sampah pink agik beroperasi, agik ngambik sampah, abang cuma minta bayangkan sebentar saja, jika tidak ada mobil pink itu, sampah rumah tangga bakal berserak dak? Tapi tu semua balik lagi bahwa itu adalah tanggung jawab abang sebagai seorang pemimpin yang memenuhi janjinya, saat itu abang awali bismillah, jangan 'digoreng' nanti disebut, halah Molen begini-begini, ngungkit-ngungkit kerja, lha kan memang itu kewajiban saya selaku walikota, maaf mohon ampun ke Allah kalo abang salah," tegas pria yang sempat mempublikasi Jurnal Effect Of OCB & QWL Motivation to Work & Implication in the Performance Of Employees 2015.

Kami mengutip dari bangkapos.com, dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan, sistem pengelolaan sampah di Pangkalpinang semakin diperkuat dengan kehadiran truk sampah mini berwarna pink.

Truk ini menjadi salah satu elemen vital dalam pengumpulan dan pengangkutan sampah dari berbagai lokasi menuju tempat pembuangan akhir.

Setiap kelurahan di Pangkalpinang telah dilengkapi dengan mobil truk mini pink yang bertugas mengangkut sampah di berbagai titik. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pangkalpinang, Bartholomeus Suharto menjelaskan, bahwa masyarakat yang ingin berlangganan layanan pengangkutan sampah akan dikenakan tarif bulanan yang bervariasi.

"Umumnya, tarif langganan mobil pink berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per bulan (data tahun 2024, mungkin tidak relevan di tahun 2025). Penentuan tarif ini dilakukan oleh masing-masing kelurahan dan didasarkan pada volume sampah serta frekuensi pengangkutan setiap minggunya," ujar Suharto kepada Bangkapos.com, Kamis (25/7/2024).

Lebih lanjut, Suharto menjelaskan bahwa ada kelurahan yang mengatur pengangkutan sampah hingga tiga kali seminggu, bahkan ada yang setiap hari. Frekuensi pengangkutan yang lebih sering tentunya akan mempengaruhi tarif yang dikenakan.

"Jika pengangkutan dilakukan setiap hari, kemungkinan tarifnya akan berbeda. Setiap pembayaran bulanan akan disertai dengan karcis pembayaran dari pihak kelurahan masing-masing," tambahnya.

Kata Suharto, inisiatif penggunaan truk sampah pink ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan sampah di Pangkalpinang, serta mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. 

Dengan tarif yang terjangkau dan layanan yang memadai, diharapkan kebersihan kota dapat terjaga dengan lebih baik.

Itu yang kami kutip seutuhnya.

Nah, jadi pertanyaannya sekarang adalah, apakah masyarakat Pangkalpinang merasakan dampak mobil pink dan Satgas Smile? Mari kita keluar sebentar dan lihat, apakah ada tumpukan sampah membusuk di depan rumah? Atau setidaknya sudahkah kita bersyukur hari ini? Seperti kata Molen, "wallahu a'lam bish-shawab".

Yang pasti, kopi di meja tinggal seperempat. Itu artinya obrolan kami sudah di ujung jalan. Karena dari kejauhan terlihat rombongan muda-mudi datang.

"Ya itu mereka yang tadi WA, mau diskusi katanya," Molen mengakhiri.

Penulis: Vega. A | editor: Putra Mahendra


Klik juga artikel  di bawah ini:




Baca Juga