Promo

Agama adalah Kesombongan

Senin, 28 April 2025 12:54 WIB | 911 kali
Agama adalah Kesombongan

Deisme adalah salah satu aliran dalam ilmu filsafat yang mungkin masih jarang diketahui oleh orang awam.


Deisme merupakan pandangan yang mulai berkembang pada abad pencerahan, terutama di Inggris.

 - Di saat itu pula, ilmu pengetahuan mulai meniti kritisisme terhadap dogma agama. Penganut deisme percaya atas keberadaan Tuhan "Allah", namun bukan dalam aritian Tuhan "Allah" pencipta mujizat seperti dalam kitab agama abrahamik.

Tuhan bukanlah sosok berambut perak dengan balutan kain bercahaya yang mengapung di atas awan. Franz Magnis-Suseno, seorang filosof kenamaan Indonesia, menyitir dalam Menalar Tuhan (2006) bahwa penganut deisme percaya terhadap adanya Tuhan yang menciptakan segala sesuatu yang ada. Tuhan menciptakan hal seperti material dan non-material, termasuk di dalamnya segala sistem.

Segala sesuatu yang terjadi merupakan ciptaan Tuhan yang melalui sistem sebagai mediumnya, jadi Tuhan "Allah" bukanlah pencipta sekaligus pengawas.

Deisme percaya akan konsep harmonia praestabilisata atau keselarasan yang sejak semula sudah dipastikan. Semacam program dasar yang dibuat untuk mengatur segalanya. Program ini yang kemudian menjalankan segala sesuatu, yang umum disebut sebagai siklus alam atau hukum atas segala sesuatu.

Karena deisme adalah keyakinan akan adanya Tuhan sebagai penyebab segala sesuatu. Deisme telah termanifestasi ke bentuk agama keTuhanan atau samawi.

Deisme telah menjadi bagian yang paling tua dari peradaban manusia. Ateis adalah keyakinan tentang tidak adanya Tuhan, sedangkan Agnostik adalah keyakinan tentang; bahwa ada atau tidak adanya Tuhan adalah hal yang tidak diketahui oleh manusia.

Ateis dan agnostik lebih kepada ketidakpuasan manusia terhadap Deisme atau tepatnya, ketidakmampuan manusia memahami konsep kehidupan. Sehingga, apa yang tidak dipahami dan tidak dimengerti oleh manusia memilki kecenderungan untuk dibahas, hanya untuk sekedar memuaskan keingintahuannya.

Deisme mungkin tidak sepopuler stoisisme, empirisme, atau idealisme. Namun, cabang ilmu filsafat ini sangat patut untuk dipelajari.

Secara umum, deisme merupakan salah satu keyakinan monoteisme yang menyatakan bahwa hanya ada satu tuhan, tetapi Tuhan tidak mencampuri urusan atau kehidupan manusia ataupun hukum alam semesta. Hal ini dikarenakan posisi deisme yang sangat di tengah-tengah.

• Sementara para ateisme menolak ketuhanan, teisme merangkul ketuhanan;

• Ateisme menolak keagamaan, namun teisme merangkul keagamaan.

Salah satu hal yang membuat orang memilih menjadi deis adalah menolak revelation sebagai bukti akan keberadaan Tuhan, sementara bagi penganut deisme, mereka reasoning dan observasi empirik terhadap alam semesta cukup sebagai bukti adanya pencipta.

Pengikut deisme memiliki keyakinan bahwa setelah dunia diciptakan oleh tuhan, maka Ia mengizinkan dunia untuk berjalan sesuai hukum alam. Lalu, apa pengertian deisme yang sesungguhnya dan siapa tokoh-tokohnya yang terkenal? Simak penjelasannya di artikel ini.

Pengertian Deisme

Mengutip jurnal Deisme: Dari Edward Herbert sampai Davis Humes oleh Shofiyullah Muzammil (2015), Deisme merupakan suatu istilah yang umumnya digunakan untuk mendeskripsikan pandangan-pandangan religius non-ortodoks yang berkaitan dengan beberapa penulis abad ke-17 dan ke-18.

Deisme juga diartikan sebagai gerakan atau sistem berpikir yang mendukung agama alam dan menekankan kepada aspek moralitas.

Deisme mempercayai keberadaan dan sifat Tuhan berdasarkan akal dan pengalaman subjektif. Melalui hal tersebut, selanjutnya seseorang akan bersandar kepada wahyu atau pesan Tuhan di dalam kitab suci. Aliran filsafat ini juga meyakini bahwa Tuhan menciptakan alam beserta hukum-hukumnya. Lalu, dibiarkanlah alam semesta ini berjalan sesuai hukum yang telah dibuatnya.


Klik juga artikel  di bawah ini:


Tokoh-tokoh Deisme

Setiap aliran filsafat memiliki tokoh-tokoh pemikir yang memiliki andil besar dalam perkembangan ilmu tersebut. Adapun tokoh-tokoh deisme di antaranya sebagai berikut:

1. Edward Herbert (1583-1648)

Herbert merupakan seorang prajurit sekaligus ahli filsafat. Salah satu tulisannya yaitu De Veritate yang terbit pada tahun 1624 di Prancis. Pandangan-pandangannya memberikan pengaruh besar terhadap pemikiran yang sesudahnya. Oleh karena itu, John Locke merasa perlu menyanggah salah satu teorinya di dalam satu bab tersendiri di esainya.

2. Thomas Hobbes (1588-1679)

Thomas Hobbes adalah seorang penulis, ahli politik, dan filsuf religius. Meskipun tidak menyatakan diri sebagai seorang deist, namun ia memiliki andil besar dalam perkembangan deisme di Inggris. Bahkan, Hobbes merupakan kontributor utama yang mengkritik Injil dengan pandangan deistiknya.

3. Thomas Browne (1588-1679)

Thomas Browne mengajukan pertanyaan terbuka mengenai unsur-unsur agama yang cukup misterius dalam karyanya bertajuk Religio Midici (1642). Hasilnya menyatakan bahwa Browne tidak mempercayai hal-hal misterius yang ada di dalam Injil.

Deisme adalah salah satu aliran filsafat yang sangat erat kaitannya dengan pandangan religius. Penganut deisme meyakini bahwa Tuhan ada, namun tidak ikut campur terhadap urusan manusia dan alam semesta. 

Penganut deisme bisa saja seorang yang memeluk agama ataupun tidak. Bagi penganut yang tidak beragama, kepercayaan terhadap Allah tidak lalu mengharuskan manusia untuk memeluk agama.

Sekularisme masyarakat modern sering dilabeli sebagai varian desime: mereka yang menolak untuk patuh terhadap hukum dan norma tertentu. Hal ini terjadi karena agama dipandang sebagai sebuat sistem. Dan bagi mereka yang beragama, agama merupakan sistem yang telah diciptakan Allah yang senagaja ditujukan langsung pada manusia.

Sistem kehidupan merupakan kesatuan komponen yang memiliki keterkaitan untuk memungkinkan terjadinya suatu tujuan. Hal ini diperkuat dengan semakin berkembanganya sains yang memberi kesan bahwa segala sesuatu bergerak menurut hukumnya.

Sebagai sistem buatan manusia, agama rawan menerima kritik. Agama dianggap oleh para deis sebagai suatu institusi kesombongan manusia, bahwa manusia merupakan makhluk yang paling berkemampuan, paling tinggi dengan segala kemungkinan yang dapat dilakukannya. 

Paradoks yang terjadi dalam diri manusia terlihat jelas dalam pertentangan antara kaum agamis dan deis, di mana mereka saling menyerang menurut gagasan dan kemampuan bernalar masing-masing.

Para deis kemudian berusaha untuk mengambil garis tengah bahwa pada dasarnya manusia akan mempertanyakan asal dari keberadaannya dan apa yang menjadi penyebab dari sekelilingnya.

Penulis: Putra Mahendra/Diolah dari berbagai sumber




Baca Juga