Promo

Melati: Perundungan Itu Nir Empati, tak Adil dan tak Beradab

Sabtu, 02 Agustus 2025 23:26 WIB | 1.227 kali
Melati: Perundungan Itu Nir Empati, tak Adil dan tak Beradab

Sosialisasi Empat Pilar oleh Melati, SH anggota Komisi XIII DPR RI Fraksi Gerindra dapil Bangka Belitung, Kamis (31/7/2025).


Melati, SH, anggota Komisi XIII DPR RI di hadapan peserta sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan, Kamis (31/7/2025) kembali menegaskan pentingnya melirik kasus dugaan perundungan yang menewaskan anak sekolah dasar di Toboali, Bangka Selatan (Basel) dalam perspektif norma dan Pancasila.

marikitabaca.id, PANGKALPINANG - Di hadapan peserta sosialisasi di Pesantren Nurul Falah, Air Mesu Kecamatan Pangkalanbaru, Kabupaten Bangka Tengah (Bateng), Melati, SH mengingatkan para audiens, termasuk para pelajar, akan sebuah kasus yang memilukan itu.

"Ada sebuah kasus yang mengejutkan kita, yaitu kasus tentang meninggalnya seorang siswa SD, di mana anak tersebut diduga menjadi korban bully atau perundungan dari teman-teman sekelas berhari-hari," terang Melati.

Korban, ujar Melati, selalu mendapatkan perlakuan atau tindak kekerasan dari teman-temannya.

Yang mana, bagi mereka, itu bercanda. Tapi nyatanya, bercandanya sudah kelewatan sehingga mulai terasa menyakitkan.

Sempat dirawat beberapa waktu setelah mengalami siksaan, mungkin kata Melati Allah lebih sayang sehingga anak tersebut dipanggil Allah dan mengakhiri penderitaan dunianya.

Nah, hal ini, perundungan, kata Melati, yang paling disesali adalah terjadi di sekolah. Di lembaga pendidikan yang harusnya menjadi tempat teraman anak-anak mengejar cita-cita.

"Jadi inilah salah satu kenapa pentingnya sosialisasi Empat Pilar ini. Salah satunya adalah mempertegas benteng dari perbuatan yang negatif yang terjadi di lingkungan terdekat dari anak-anak," terang politisi Gerindra ini.

Sosialisasi Empat Pilar oleh Melati, SH anggota Komisi XIII DPR RI Fraksi Gerindra dapil Bangka Belitung, Kamis (31/7/2025).

Apa yang terjadi atas tragedi perundungan itu kata Melati, erat kaitannya dengan Sila Kedua Pancasila, yakni Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.

Ada keadilan dan adab yang hilang dari tragedi tersebut. Keadilan tidak didapatkan oleh korban karena ia diduga dirundung secara beramai-ramai--setidaknya itu yang diketahui, sebelum ada keterangan resmi pihak berwajib--sehingga, korban tak kuasa untuk melawan atau mempertahankan diri.

Adab, telah hilang karena para terduga pelaku melakukan itu dengan kesadaran, yang patut diduga sudah memahami apa arti dari kekerasan, nir empati terhadap korban yang merupakan teman sendiri.

Nir empati yang menunjukkan ketidakmampuan atau ketidakpedulian seseorang terhadap perasaan orang lain. Mereka mungkin kesulitan memahami atau merespons perasaan sedih, marah, atau bahagia orang lain.

Orang yang nir empati mungkin menunjukkan perilaku seperti tidak peduli terhadap penderitaan orang lain, sulit mendengarkan orang lain, atau bahkan meremehkan perasaan orang lain. 

"Di sini Pancasila menurut pilar kedua, sepertinya manusia gak adil, misalnya badan pelaku besar, menindas yang kecil, nah di sini ada hak dasar yang telah hilang dari korban," tegas Melati.

Di hadapan peserta sosialisasi, Melati kembali menegaskan untuk bersama-sama memerangi perundungan baik fisik maupun perundungan dunia maya.

Salah satu cara membentengi diri dari pelaku maupun diri sendiri agar tak menjadi pelaku, adalah dengan benar-benar mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Ingat akan Tuhan, ingat akan adab, ingat akan rasa keadilan, maka perundungan yang sampai memakan korban akan bisa diminimalisir sedikit mungkin.

"Saya selaku anggota Komisi XIII DPR RI tetap memantau hal ini dan menjadikan ini sebagai concern saya, agar tidak lagi terjadi. Hukum harus ditegakkan kepada siapapun yang dianggap lalai atas kasus ini, sebagai pelajaran ke depan agar kita bebas dari kasus perundungan," tegas Melati.

Penulis: Vega. A | Editor: Putra Mahendra


Klik juga artikel  di bawah ini:




Baca Juga